Hai Macan Besar! Bangunlah!
Dunia menunggu
Ya, potensi florikultura Indonesia bak macan besar yang sedang pulas. Itulah ungkapan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution pada pembukaan acara Pencanangan Hari Florikultura Indonesia, 24 juli 2017. Dalam upaya membangunkan sang Macan Besar, Pemerintah Indonesia telah memulai dengan Pencanangan Hari Florikultura Indonesia, yang diawali dengan peyelenggaraan TIFF (Tomohon International Flower Festival) pada 8 Agustus 2018 dan kemudian dilanjutkan acara serupa di Padang, Sumatra Barat pada 6-9 September 2019.
Bahkan Sukabumi, Jawa Barat pun tak kalah gesit dengan acara Festival Sukabumi Sukabunga, serta berbagai pameran dan seminar di berbagai daerah. Pasar dunia florikultura memang masih terbuka luas dan menunggu diisi, juga bagi Indonesia. Indonesia, negara besar di katulistiwa ini mempunyai dataran tinggi yang luas, siap ditanami mawar, anggrek, krisan, gladiol dan aneka bunga lainnya. Hamparan dataran rendahnya yang ada di seluruh Indonesia juga mampu menghasilkan berbagai jenis bunga. Data dari Kementrian Pertanian, menyebutkan ada 173 jenis tanaman hias dengan ribuan jenis varitasnya, belum lagi berbagai daun potong yang siap dibudidayakan di Indonesia. Tapi pontensi itu belum digarap sepenuhnya.
Bandingkan dengan Kolumbia, Ethiopia, Kenya dan India, bahkan tetangga kita Thailand, Malaysia, Vietnam, Selandia Baru yang telah lebih dulu mengisi pasar dunia dan menyumbang PDB yang mencapai 40%. Sementara Indonesia belum terdaftar dalam peta florikultura dunia. Demi mengejar ketinggalan, pemerintah juga mendorong daerah untuk mengembangkan kawasan florikultura yang kini telah diawali di delapan kawasan di kabupaten: Gowa (Sulawesi Selatan), Bantaeng (Sulawesi Selatan), Solok (Sumatera Barat) Bogor (Jawa Barat), Tomohon (Sulawesi Utara), Batang (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur).
Kini pemerintah menargetkan florikultura agar mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi minimal 20 %. Untuk itu, apa yang diperlukan sang macan?
Menurut Dirjen Hortikultura, Suwandi Edhy, yang disampaikan pada 8 Agustus 2018, pemerintah akan mendorong peningkatan produksi dan peluang ekspor florikultura dengan kemudahan investasi, pelayanan perizinan dan perkarantinaan. Bunga apa yang kini paling disukai pasar dunia yang dapat disuplai Indonesia? Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Pertanian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdalifah Mahmud, menjawab: "yang mampu kita suplai saat ini antara lain Anggrek, Mawar, Sedap Malam." Hal itu disampaikan Musdalifah pada acara seminar Pengembangan Industri Florikultura Berbasis Sumber Daya Daerah untuk Menembus Pasar Global, pada acara Festival Florikultura 2019 di Padang, Sumatera Barat September lalu. Potensi ekspor dari Indonesia ini cukup besar, dan bahkn terus bertambah terutama untuk Eropa, Timur Tengah dan Jepang.
Saat ini krisan (Chrysanthemum) menjadi bunga favorit ekspor Indonesia, terutama ke Jepang. Sebenarnya, bunga nasional Negara Sakura itu adalah krisan. Jepang bahkan merayakan Hari Krisan Nasional atau Festival of Happiness. Krisan mulai dibudidayakan di Jepang pada abad ke-8 SM. Bunga ini menjadi simbol kekaisaran dengan julukan Queen of the East. Krisan terus berkembang di negara itu, hingga pada Abad ke-9 Kaisar Jepang mendirikan Taman Kerajaan dengan mengembangkan berbagai varitas krisan. Pada 1910 Jepang memproklamasikan bunga krisan sebagai Bunga Nasional negara itu. Tapi entah mengapa Jepang kini populer sebagai Negara Sakura.
Krisan di Indonesia
Menurut data Kementerian Pertanian, iklim di Indonesia dapat membudidayakan 130 varitas bunga krisan, yang dapat menghasilkan omset Rp 2.75 triliun. Sebagai tanaman hias, krisan memang memiliki keistimewaan dan menjadi andalan ekspor Indonesia. Tomohon, misalnya, kini sedang memulai ekspor unggulannya, yaitu krisan. Kota sejuk di Minahasa, Sulawesi Utara itu memang sudah mendapat julukan Kota Bunga, lama sebelum pemerintah mencanangkan Hari Florikultura Indonesia yang diawali dengan TIFF itu.
Kini krisan atau juga sering disebut seruni, menjadi komoditas unggulan bagi Tomohon, yang mengaku juga memiliki 21 jenis varitas krisan yang tidak ada di tempat lain. Selain pasar lokal, Tomohon siap menyediakan krisan sesuai permintaan pasar dunia. Sukabumi, Jawa Barat. yang telah 2 tahun menyelenggarakan Festival Sukabumi Sukabunga, juga mengandalkan krisan sebagai ekspornya.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Dedah Herlina, yang dikutip Actual.com, Kabupaten Sukabumi memiliki 20 hektare lahan dengan 400 unit green house yang tersebar di beberapa kecamatan. Selain mengisi pasar lokal, Sukabumi juga sudah mulai memasuki pasar dunia, terutama Jepang.