Sama seperti berbagai bisnis atau usaha tani lainnya, diperlukan syarat minimal tentang aspek teknis yang harus dikuasai oleh para pelaku/pemilik industri florikultura maupun tenaga kerja yang mengelolanya. Saat ini situasinya jauh lebih mudah untuk mendapatkan pengetahuan dan referensi dari berbagai sumber berkaitan dengan issue tertentu misalnya tentang pemupukan, pengendalian hama dan penyakit maupun tindakan paska panen.
Namun di tengah kemudahan ini, harus diakui bahwa ada resiko untuk menyederhanakan masalah yang berkombinasi dengan minimnya pengetahuan dasar, dapat menjerumuskan pelaku ke dalam masalah yang lebih kompleks. Apalagi bila sampai terjadi masalah yang bersifat ‘irreversible’ sehingga terjadi kerusakan permanen di kebun. Contohnya, sekarang sering terjadi salah kelola masalah kesehatan karena pasien bersifat sok tahu akibat banyak menngakses media sosial yang umumnya bersifat populer atas dasar kesaksian dan cerita sukses, namun tanpa mendapatkan pendampingan dari tenaga medis yang berkompeten. Bila masalah kesehatan demikian mudah, tentu saja tidak perlu sekolah yang mahal dan waktu yang lama untuk menjadi tenaga medis.
Berikut berbagai tips untuk mensiasatinya:
1. Anda harus tahu apa yg anda lakukan. Pekerjaan dilakukan secara bertahap, sistematis dan presisi. Hindari sebisa mungkin informasi yang tidak kredibel tentang segala hal berkaitan dengan operasional kebun. Di dalam pertanian, tidak ada short cut. Jadi kalau ada pihak yang berkoar menjual cerita sukses secara instan, mulailah berpikir rasional dan sedikit skeptis.
2. Dapatkan nasihat dan saran dari pihak yang berkompeten dan kredibel untuk berbagai informasi yang anda dapat dari referensi di luar sebagai filter. Saat ini Asbindo secara rutin mengadakan seminar dan workshop bagi para staf produksi di lapangan, maupun mengeluarkan terbitan ANews secara rutin.
3. Bila memungkinkan (idealnya), dapatkan tenaga lapangan yang mempunyai pengetahuan dasar tentang tanaman karena proses training akan lebih mudah. Namun demikian kompetensi karyawan dapat dimulai dari titik paling rendah asalkan dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
4. Mulailah lakukan training dan selalu adakan re-training secara regular untuk berbagai aspek agronomi dan operasional kebun:
• Persemaian
• Penanaman
• Pemeliharaan tanaman
• Pemupukan
• Perlindungan dari hama dan penyakit
• Panen
• Perlakuan paska panen dan packaging
• Pembukuan sederhana untuk lalu lintas barang di kebun
5. Lakukan dokumentasi berbagai prosedur dan protokol alam operasional Kebun. Perbarui (update) SOP ini secara regular mengikuti perkembangan terbaru.
6. Adakan field trip ke industri sejenis sebagai bahan komparasi (walaupun ini tidak mudah karena banyak tempat yang tidak mau dikunjungi dengan alasan company secrecy). Cukup aneh bahkan di jaman keterbukaan informasi sekarang ini, alasan tersebut dipakai untuk menghindari komunikasi dan wahana saling belajar dan berbagi antar pelaku industri pertanian sejenis.
7. Abaikan berbagai gangguan dan distraksi yang tidak perlu. Memang menarik untuk dikunjungi dan mengunjungi berbagai event yang seolah menentukan masa depan industri florikultura. Namun masa depan ada di tangan anda sendiri. Fokuslah apa yang anda kerjakan.
8. Sertifikasi kompetensi (dalam bentuk GAP atau sejenisnya) mungkin penting, namun ini hanya layak bila usaha anda mempekerjakan banyak tenaga kerja dan dalam skala area yang luas. Lakukan ini bila memang bersifat mandatory, karena kegiatan ini tidak gratis secara finansial dan perlu usaha ekstra untuk mengadopsinya. (Sumartono)