IndonesianEnglish

Asbindo Facebook Asbindo Instagram Asbindo Twitter

Artikel Hijau

Apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan Green City serta bagaimana perkembangan Kota Hijau di Indonesia. Terkait dengan Green Services yang diinisiasi oleh ASBINDO, dalam pengembangan Kota Hijau terdapat banyak hal yang sebaiknya diperhatikan. ASBINDO berusaha untuk meberikan informasi dan edukasi yang berhubungan dengan Kota Hijau dan akan berbagi dengan Anda di halaman ini.

Jika Anda memiliki informasi atau artikel yang berhubungan dengan Green Services, jangan ragu untuk menghubungi kami.

Perubahan Iklim dan Pengaruhnya Terhadap Florikultura

PDFCetakE-mail

Walaupun banyak menjadi topik perbincangan di berbagai kalangan, saya yakin bahwa pemahaman tiap orang akan berbeda tergantung dari tingkat literasi masing-masing orang terhadap pengertian perubahan iklim. Media sosial, berita bombastis dan liputan para aktifi lingkungan membentuk persepsi yang diterima setiap orang secara berbeda.

Namun demikian konsensus umum yang dimengerti adalah terjadinya perubahan temperatur dan pola klimat di berbagai di bumi. Faktor pendorongnya bisa berasal dari aspek natural seperti letusan gunung berapi. Namun sejak 2-3 abad terakhir kegiatan manusia menjadi tertuduh utama dengan makin intensifnya penggunaan bahan bakar fossil, kegiatan dalam produksi pertanian maupun industri lainnya.

Beberapa dasawarsa lalu, issue ini masih menjadi topik yang elitis. Namun belakangan makin dekat dengan kehidupan sehari-hari. Fakta bahwa permukaan laut yang naik dan terjadinya kenaikan suhu rata-rata makin terasa di sekitar kita.

Buat kita para pelaku industri florikultura, fenomena ini membuat kita bertanya seberapa jauh in akan berpengaruh dalam kegiatan produksi. Di sektor pertanian lain, sudah banyak terjadi perubahan berupa berpindahnya area produksi karena berubahnya suhu. Produksi apel di kota Batu Malang, sudah direlokasi ke area lain yang dipersepsikan lebih dingin (walaupun fakta lain menyatakan bahwa yang paling berpengaruh adalah terjadinya persaingan penggunaan lahan dengan sektor real estate dan property).

Faktor paling penting di dalam budidaya produk florikultura adalah suhu minimum di malam hari yang menentukan kesesuaian komoditi. Roses, anggrek bulan, lilium, snapdragon, lisianthus, carnation, gerbera, calla, dan seterusnya. Suhu minimum hampir tidak bisa dimanipulasi dengan tindakan teknis yang tersedia. Dan kalaupun bisa, secara ekonomi sangat tidak bisa dijustifikasi Ini adalah pemberian alam yang bersifat granted. Pertimbangan utama apakah komoditas florikultura di atas dapat dibudidayakan di suatu area adalah suhu minimum. Komodita florikultura lain yang hampir tidak terpengaruh oleh perubahan ini adalah produk yang lebi bernuansa tropis seperti cut foliage dan berbagai produk landscape ornamental.

Faktor lingkungan yang lain seperti kelembaban udara, suhu maksimum, curah hujan dll. Termasuk faktor lingkungan yang dapat dikendalikan dengan berbagai teknik dan fasilitas budidaya.

Di Indonesia, dalam beberapa waktu mendatang, faktor perubahan iklim ini mungkin hampir tidak mempengaruhi secara nyata dalam produksi florikultura. Naiknya permukaan laut yang membua pemukiman tepi pantai tenggelam seperti yang sudah terjadi di sepanjang Pantura atau pola hujan monsoon yang menenggelamkan Bangladesh adalah pengaruh negatif yang nyata di kehidupan sehari-hari. Terlepasnya berbagai organisme patogen yang berabad-abad terlindung oleh lapisan es, mungkin dapat memicu timbulnya berbagai gelombang pandemi yang sangat merusak. Terganggunya keberadaan serangga yang membantu polinasi tanaman oleh naiknya suhu rata-rata harian, mungkin akan sangat mengganggu pola produksi pangan global.

Saya yakin bahwa bukan faktor perubahan iklim yang akan menjadi faktor yang menentukan industri florikultura. Beberapa hal berikut di bawah mungkin adalah hal negatif yang secara nyata mempengaruhi florikultura.

1. Perubahan pola penggunaan produk segar (sudah berulang kali disinyalir bahwa materi flora artifisial mulai menjadi dominan). Cukup menjadi ironi bahwa industri florikultura du ternyata tumbuh cukup solid dan meninggalkan Indonesia dalam profil statistik dunia. Lain kali akan kita bahas anomali ini dengan lebih detail dan jernih.

2. Terjadinya komodifikasi florikultura yang awalnya berasal dari produk novelty, membuat daya saingnya turun yang tercermin dari turunnya nilai tukarnya dan harga yang bersifat statis tidak mengikuti inflasi.

3. Naiknya harga berbagai komponen input produksi seperti biaya tenaga kerja, pupuk, pestisida, logistik dsb yang tidak dikompensasi oleh perubahan harga jual yang significan pada produk florikultura.

4. Setelah wabah covid usai, minat masyarakat terhadap berbagai produk florikultura turun sangat drastis.

Sepertinya produksi pertanian pangan mungkin akan jauh lebih terdampak karena berubahnya pola dan musim tanam, dan juga potensi outbreak organisme pengganggu tanaman. Industri produksi pangan akan berpengaruh lebih besar terhadap situasi politik dan sosial masyarakat dibandingkan dengan florikultura. Apalagi secara volume dan nilai produk pangan ini tidak bis dibandingkan dengan industri flori. Dalam batas tertentu, dimana magnitude dapat diabaikan ha hal yang berkaitan dengan perubahan iklim adalah maju atau mundurnya waktu panen berbagai produk yang terpengaruh oleh panjang hari seperti krisan dan poinsettia. Atau pembungaan yang terlambat untuk produk flori yang pembungaannya ditentukan oleh perubahan suhu sepert anggrek bulan. (Sumartono)

Download File
Download this file (Perubahan Iklim dan Pengaruhnya Terhadap Florikultura.pdf)Perubahan Iklim dan Pengaruhnya Terhadap Florikultura.pdf[ ]26 Kb10 Downloads
 

Hijau di Setiap Sudut, Pesona Tanaman Hias sebagai Interior Cafe

PDFCetakE-mail

Tanaman hias bukan lagi sekadar elemen dekoratif di dalam rumah, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Keindahan dan ketenangan yang disediakan oleh tanaman hias membuatnya semakin diminati, terutama dalam menghadirkan suasana yang menyegarkan dan alami di dalam ruangan.

Tanaman hias tidak hanya mempercantik tatanan rumah, tetapi juga telah membuka pintu untuk penggunaannya sebagai elemen desain interior yang kreatif, termasuk di dalam cafe dan tempat umum lainnya. Pictum Coffee & Kitchen merupakan cafe modern yang tak hanya menyajikan kopi yang lezat, tetapi juga berusaha menciptakan atmosfer yang nyaman dan estetik. Tanaman hias memberikan sentuhan alami yang menyegarkan, menciptakan lingkungan yang hangat dan ramah.

Cafe yang berlokasi di Jl. Raya Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini bahkan bertaburan tanaman hias di setiap sudutnya.  Mulai dari tanaman dengan daun yang besar hingga tanaman dengan daun kecil yang unik dan menarik. Penggunaan tanaman hias di cafe tidak hanya mempercantik tampilan, tetapi juga meningkatkan kenyamanan untuk para pengunjungnya. Minaqu Home Nature merupakan supplier utama yang mengisi semua tanaman hias pada interior Pictum Coffee & Kitchen. Ribuan tanaman yang mengisi cafe tersebut. Gaya hidup urban yang sibuk sering kali membuat kita terputus dari alam. Melalui tanaman hias tentu dapat menjadi cara yang ideal untuk mengatasi hal ini, membawa sejumput alam ke dalam ruang hidup yang serba modern.

cafe minaqu

 
 

Bunga Segar VS Bunga Artifisial

PDFCetakE-mail

Bulan lalu dalam 2 minggu pada akhir tahun, kebetulan ada undangan acara pernikahan putra/ putri teman yang dilangsungkan di Jakarta. Tempatnya cukup bagus, yang pertama di Jl Gatot Subroto dan yang kedua di Jl Rasuna Said. Sebagai petani bunga, tentu saja yang menarik untuk dilihat adalah seperti apa desain, rangkaian dan jenis bunga yang akan dipakai di ballroom tempat acara dilangsungkan. Disamping tentunya juga citarasa makanan yang disajikan oleh katering yang dipakai.

Namun demikian, cukup kaget juga mengetahui sejak dari meja penerimaan tamu bahwa ternyata banyak bunga dan tanaman artifisial yang digunakan dalam acara itu. Ada yang seluruhnya tanaman artifisial yang dipasang di gazebo menuju pelaminan, dan juga bunga artifisial yang diselipkan di beberapa rangkaian rangkaian di sepanjang stand dan meja makanan. Untuk acara sebesar itu yang digelar di tempat bagus, tidak terbayangkan beberapa tahun lalu bahwa ini akan terjadi.. Tidak hanya itu, ternyata berbagai tanaman hias di bawah panggung juga tanaman artifisial yang biasa kita temui di IKEA atau Ace hardware. Menyedihkan juga untuk tahu bahwa untuk acara seperti ini, prestise hanya diukur dari apa yang nampak bagus di foto saja, namun mengabaikan nilai estitika yang lebih tinggi yaitu kesegaran bunga dan tanaman asli yang dipakai. Sepulang dari acara itu, berkecamuk di pikiran membayangkan kira-kira dalam 10 tahun mendatang, bagaimana bunga dan tanaman segar akan digunakan di acara pernikahan yang mungkin dilaksanakan sebanyak 1-2 kali sepanjang hidup kita. Menarik juga untuk tahu bagaimana situasi ini di tempat yang lebih premium di sepanjang Jl Thamrin dan Jl Sudirman di Jakarta.

bunga artifisial

Download File
Download this file (Bunga Segar vs Bunga Artifisial.pdf)Bunga Segar vs Bunga Artifisial.pdf[ ]12 Kb142 Downloads
 
 

Transformasi Bisnis Florikultura Melalui Sertifikasi Kompetensi

PDFCetakE-mail

Kompetensi karyawan merupakan salah satu faktor penting yang mendorong kemajuan usaha di era global saat ini. Dalam lingkungan bisnis yang cepat berubah dan penuh persaingan, kompetensi tidak hanya memastikan bahwa karyawan dapat melaksanakan tugas mereka dengan efektif, tetapi juga memberikan dasar untuk inovasi dan adaptasi terhadap tren pasar yang baru. Karyawan yang kompeten mampu meningkatkan produktivitas, kualitas kerja, dan kepuasan pelanggan, sekaligus membantu perusahaan dalam menanggapi tantangan dan memanfaatkan peluang dengan lebih cepat dan efisien. Oleh karena itu, investasi dalam pengembangan kompetensi karyawan menjadi aspek strategis yang krusial bagi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha.

ASBINDO sebagai Asosiasi yang mewadahi industri florikultura di Indonesia memberikan perhatian dan komitmen dalam pengembangan manusia bidang florikultura. ASBINDO menyediakan berbagai program pelatihan berbasis kompetensi dan bekerjasama dengan LSP terlisensi BNSP untuk bidang florikultura untuk pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja. Selain itu, ASBINDO juga akan mengambil peranan dalam pengembangan Tempat Uji Kompetensi (TUK) untuk mendukung pelaksanaan asesmen kompetensi di Indonesia. TUK ini dikembangkan dengan melibatkan Anggota ASBINDO di seluruh Indonesia sehingga terbentuk jaringan TUK Florikultura secara nasional.

sertifikasi

 
 

Aspek Kompetensi Teknis Bagi Industri Florikultura

PDFCetakE-mail

Sama seperti berbagai bisnis atau usaha tani lainnya, diperlukan syarat minimal tentang aspek teknis yang harus dikuasai oleh para pelaku/pemilik industri florikultura maupun tenaga kerja yang mengelolanya. Saat ini situasinya jauh lebih mudah untuk mendapatkan pengetahuan dan referensi dari berbagai sumber berkaitan dengan issue tertentu misalnya tentang pemupukan, pengendalian hama dan penyakit maupun tindakan paska panen.

Namun di tengah kemudahan ini, harus diakui bahwa ada resiko untuk menyederhanakan masalah yang berkombinasi dengan minimnya pengetahuan dasar, dapat menjerumuskan pelaku ke dalam masalah yang lebih kompleks. Apalagi bila sampai terjadi masalah yang bersifat ‘irreversible’ sehingga terjadi kerusakan permanen di kebun. Contohnya, sekarang sering terjadi salah kelola masalah kesehatan karena pasien bersifat sok tahu akibat banyak menngakses media sosial yang umumnya bersifat populer atas dasar kesaksian dan cerita sukses, namun tanpa mendapatkan pendampingan dari tenaga medis yang berkompeten. Bila masalah kesehatan demikian mudah, tentu saja tidak perlu sekolah yang mahal dan waktu yang lama untuk menjadi tenaga medis.

Download File
Download this file (Aspek Kompetensi Teknis Dalam Industri Florikultura.pdf)Aspek Kompetensi Teknis Dalam Industri Florikultura.pdf[ ]29 Kb138 Downloads
 
 

Halaman 1 dari 9